Lama aku terhenti.
Tapi, tidak untuk saat ini.
Tegak engkau berdiri bersama senyum.
Sebingkai meja berwarna coklat kelu dan berdebu
seakan lautan kata yang beku dalam dingin suhu.
Engkau mempesonaku dalam putihmu.
Menggodaku dalam waktumu.
Aku cinta padamu. Hanya genangan tinta terbentuk
seperti teluk
melayarkan kata-kataku
ke samudera peluk.
Hadirmu baru kusadari. Kurusmu sadarkanku.
Bantu aku menulis kata cinta dengan sinar matamu
agar kutemukan nyala dalam unggun kata dengan aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samar-samar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembar-lembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu..
(Untuk kita yang selalu tanpa amarah, selalu tertawa, selalu menatap penuh harap, selalu menyimpan asa.. Yang berkulit putih dan baik hati, itulah kamu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar